Racikan zat-zat berkabut dan rangkaian senar logam semrawut ia baur tanpa takut. “Setelah ini, gravitasi bisa kugilas dan badai medan magnetik bisa kulibas,” celotehnya riang.
Itulah ingatannya terakhir, sebelum untuk pertama kali ia tahu rasanya pandangan tak lagi melulu terselubung hidrogen metalik cair. Ia tiba-tiba siuman di satu planet asing berwujud bentangan benua raksasa yang dimaraki oleh usaha ikan menjejak daratan. Ia sadar, ia telah diasingkan, hukuman atas eksperimen-eksperimen yang membuatnya kerap diseruduk tentara di planet asalnya.
Tapi ia tak keberatan.
Di planet dengan gravitasi lebih ringan ini, ia bisa melompat lebih lincah. Tanpa amukan badai terus-terusan bergolak, ia lakoni intensitas suara bising lebih nyaman. Cepat ia selaraskan diri; mencaplok serangga di daratan, berkembang-biak di air. Planet barunya terus berevolusi, keturunannya beradaptasi dan menyebar ke seluruh penjuru bumi.
----
Ratusan juta tahun kemudian, pada sebuah musim penghujan.
Di istana katak, gerombolan katak bereforia. Pesta pora.
Salah satu dari mereka, bertolak menjauh, menuju peraduan baru, meninggalkan tepian telaga suram di mulut gua yang lembab nan gelap. Ia tantang dunia yang kerap mencemooh keganjilan bentuk tubuhnya.
Dalam pengembaraannya, sang katak berpapas jalan dengan siput.
Katak bertanya, “Hai siput, kenapa kamu pelan sekali melakukan perjalanan saat hujan begini? Apakah kamu menyukai hujan?” Siput menjawab, “Ya, saya suka hujan, saya suka lembab. Berjalan pelan buat saya adalah proses memahami sekeliling.”
Seketika katak menatap tajam sang siput, rasa ingin tahu membuncah. “Mengapa kamu tidak meloncat seperti saya?” Jawab sang siput, “Untuk apa? Saya menikmati perjalanan ini. Dan ketika saya lelah, saya bisa tidur dimana saja, karena saya selalu membawa rumah.”
Otak sang katak berputar cepat. Mengapa ia selalu terburu-buru, mengapa ia khawatir jikalau loncatannya kurang tangkas, mengapa ia senantiasa merasa harus bergegas mencari dan menemukan rumah?
Saat itu, jatuhlah cinta sang katak kepada sang siput. Terpesona oleh suara eksentrik yang terlantun dari laring sang katak, sang siput pun tak sungkan mengulurkan tentakelnya. Mereka mengembara bersama, bertukar kisah, dan tidur berdampingan. Hingga akhirnya, persebadanan mereka membuahkan keturunan. Sungguh anak yang rupawan, bermata siput dengan kecermatan tentakelnya dan bertangan katak dengan kecerdikan selaputnya.
Sungguh anak yang rupawan, laksana makhluk yang meluncur bebas dari antariksa.
credits
released January 10, 2021
All tracks composed and performed by ER666OT
Recorded and mixed at Kamar Ujung, Bali
December 2020
Artwork by DXGO
Graphic layout by Pierre Alvian
Story by Sandria K. and Er666ot
The origin behind this delightfully brutal glitch/noise record is wild: a program that plays any application as if it’s an audio file. Bandcamp New & Notable Apr 10, 2022
This wild experimental artist from Chicago uses electric kazoos, tape loops, and more to craft far-out, wonderfully confounding songs. Bandcamp New & Notable Mar 15, 2021
The enigmatic punk-rap duo of Justin Pearson (The Locust, Swing Kids) and hip-hop producer Luke Henshaw make their long-awaited return. Bandcamp New & Notable Mar 7, 2024
Every sound here is made using Megan Mitchell's voice, even though the music often sounds more like Earth’s vibrations than a human singing. Bandcamp Album of the Day Mar 28, 2023
The Doom Trip label never misses, and the latest LP from the genius Heejin Jang is a trip into thrilling industrial terror. Bandcamp New & Notable Jan 30, 2023
Olympic nightingale, from New Delhi, is a one-man project that creates ominous and harrowing soundscapes from brutally distorted samples. Bandcamp New & Notable Jan 21, 2023